SISTEM PERTAHANAN TUBUH MANUSIA

      

      Makhluk hidup secara alami memiliki sistem pertahanan tubuh yang berkaitan dengan pemeliharaan kelangsungan hidupnya. Makhluk hidup akan berusaha mempertahankan dirinya sendiri dari penyerang yang tidak dikehendaki, seperti bakteri virus dan patogen lainnya yang berpotensi membahayakan tubuhnya.

        Pernahkah anda merasakan demam ketika tubuh sedang sakit? Demam atau suhu tubuh yang meningkat merupakan respon tubuh untuk mempertahankan diri dari serangan penyakit.  Adanya sistem pertahanan tubuh memungkinkan setiap makhluk hidup dapat mempertahankan diri dari serangan penyakit. Tahukah anda bagaimana sistem pertahanan tubuh bekerja? Organ apa sajakah yang terlibat dalam sistem pertahanan tubuh?

        Sistem pertahanan tubuh manusia memiliki mekanisme pertahanan berlapis. Jika patogen (organisme yang menyebabkan penyakit)  masuk ke dalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang berlapis akan segera bekerja.

        Sistem pertahanan tubuh terdiri atas 3 garis pertahanan. Garis pertahanan pertama terdiri atas kulit, membran mukosa, serta hasil sekresi dari kulit dan membran mukosa. Garis pertahanan kedua terdiri atas sel darah putih fagositik, protein antimikroba, dan respon peradangan. Adapun garis pertahanan ketiga terdiri atas limfosit dan antibodi.

        Garis pertahanan pertama dan kedua dikelompokkan ke dalam sistem pertahanan tubuh nonspesifik sedangkan garis pertahanan ketiga termasuk sistem pertahanan tubuh spesifik (Brum, et al., 1994). Garis pertahanan pertama pada sistem pertahanan non spesifik dikenal juga dengan istilah sistem pertahanan nonspesifik eksternal. Sementara itu, garis pertahanan kedua dikenal juga dengan sistem pertahanan nonspesifik internal.

1.      Pertahanan tubuh nonspesifik eksternal

Pertahanan pertama pada tubuh manusia dan hewan menggunakan penutup tubuh (kulit dan membran mukosa).  Pertahanan pertama ini berperan penting dalam menahan benda asing seperti bakteri. Selain itu, kulit mengeluarkan minyak dan keringat yang mengandung asam dan garam dengan pH berkisar antara 3 sampai dengan 5. Kondisi ini dapat membunuh bakteri atau setidaknya mencegah banyaknya kolonisasi mikroorganisme di permukaan kulit.

Pada permukaan saluran  pernapasan, usus, saluran pernapasan, sistem ekskresi dan sistem reproduksi, terdapat lapisan lendir (mukus).  Selain berperan sebagai pelindung secara fisik membran mukosa juga menyekresikan mukus yang mampu membunuh mikroorganisme yang membahayakan tubuh. Mikroorganisme yang masuk bersama makanan atau minuman, akan terbunuh oleh air liur (saliva) yang mengandung anti antimikroba. Apabila mikroorganisme berhasil masuk ke dalam lambung maka akan menghadapi lingkungan asam pada lambung. Asam akan membunuh banyak mikroorganisme sebelum masuk ke dalam usus. 

Pada usus besar terdapat banyak bakteri E-Coli yang hidup bersimbiosis dengan manusia. Keberadaan bakteri ini akan menjadi pesaing utama dalam memperoleh nutrisi bagi mikroorganisme pendatang baru. 

2.      Pertahanan tubuh nonspesifik internal

Apabila garis pertahanan pertama dapat ditembus mikroorganisme patogen maka garis pertahanan kedua akan segera bekerja. Garis pertahanan kedua yang dikenal dengan sistem pertahanan nonspesifik internal terutama bergantung pada fagositosis. Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit,  dan eosinofil.  Neutrofil akan masuk kedalam jaringan yang terinfeksi, kemudian menelan dan merusak mikroorganisme yang ada di sana.

Monosit dapat bekerja dengan efektif dalam pertahanan tubuh dimana akan bermigrasi ke dalam jaringan dan berkembang menjadi makrofag (pemangsa besar). Makrofag pada jaringan merupakan fagosit yang bekerja dengan cepat dan berumur panjang. Berperan dalam melawan penyerang berukuran lebih besar seperti cacing darah.

Berbagai jenis protein juga berperan dalam pertahanan tubuh non spesifik. Infeksi mikroorganisme akan merangsang sekelompok antimikroba yang terdiri atas 21  protein serum yang akan melisiskan atau menghancurkan mikroorganisme. 

Kumpulan protein lain yang berperan dalam pertahanan tubuh nonspesifik adalah interferon. Interferon disekresikan oleh sel-sel yang terserang oleh suatu virus. Interferon akan berdifusi ke dalam sel-sel di sekitarnya dan menginduksi sel-sel tersebut untuk membentuk zat kimia yang akan menghambat perkembangan virus. Melalui mekanisme ini, perkembangan virus akan dihambat.

Kerusakan sel atau suatu jaringan, misalnya karena terluka atau tertusuk duri akan mengakibatkan suatu respon peradangan. Respon peradangan dimulai oleh adanya sinyal kimiawi, yang dapat berupa senyawa histamin yang dihasilkan oleh sel tubuh sebagai respon dari kerusakan jaringan (Campbell, et al., 2006). Histamin yang terbentuk berperan dalam meningkatkan konsentrasi otot dan permeabilitas dinding pembuluh darah kapiler di sekitar areal yang terinfeksi.

Peningkatan aliran darah dan permeabilitas pembuluh darah akan memudahkan perpindahan sel-sel fagosit dari darah kedalam jaringan yang terluka. Netrofil merupakan yang pertama tiba di daerah yang terluka. Selanjutnya, monosit tiba di daerah luka. Monosit akan berkembang menjadi makrofag yang akan membunuh semua bakteri yang masuk. Selain itu, makrofag akan membersihkan sel-sel jaringan yang rusak. Peristiwa ini merupakan peradangan yang terlokalisir pada satu tempat.

Tubuh dapat melancarkan respons nonspesifik sistemik (menyebar). Salah satu contoh respon sistemik adalah demam. Toksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme patogen di sekitar daerah luka akan menyebabkan demam sehingga suhu tubuh akan relatif tinggi . Disamping itu, demam juga dapat disebabkan oleh sel darah putih  yang melepaskan suatu senyawa yang disebut pirogen . pirogen akan meningkatkan suhu tubuh menjadi lebih tinggi.

3.     Sistem pertahanan tubuh spesifik

Garis pertahanan ketiga dari sistem pertahanan tubuh adalah limfosit dan antibodi, yang mengenali secara spesifik terhadap mikroorganisme tertentu. Pertahanan tubuh yang ketiga ini termasuk pertahanan tubuh spesifik yang kerjanya bertepatan dengan pertahanan tubuh kedua.

Pertahanan tubuh ini dikenal juga dengan sebutan sistem kekebalan tubuh. Molekul asing yang mendatangkan suatu respon spesifik dari sistem kekebalan tubuh disebut antigen. Antigen meliputi molekul yang dimiliki virus, bakteri, protozoa, fungi, cacing parasit dan mikroorganisme lainnya. Selain itu zat asing seperti kulit atau jaringan hasil cangkokan dapat berperan sebagai antigen.

Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap antigen dengan cara mengaktifkan sel limfosit B yang akan menyekresikan protein khusus yang disebut antibodi.  Antigen merupakan singkatan dari antibody generating (pembangkit antibodi). 


Sumber:

Brum, G.D., et al. 1998. Biology: Exploring Life. New York: John Wiley & Sons.

Campbell, N.A., et al. 2006. Biology Concepts Connections. Californa: The Benjamin/Cummings Publishing Company.

Karmana, Oman. 2008. Cerdas Belajar Biologi. Bandung: Grafindo Media Pustaka

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MENGAPA PINGUIN TIDAK BISA TERBANG?